Jumat, 14 Agustus 2009

Hatchery Udang Galah Skala Rumah Tangga

Dalam usaha budidaya, benih merupakan faktor penentu dan mutlak harus disediakan. Untuk memenuhi pangsa pasar di luar maupun dalam negeri, diperlukan kesinambungan produksi dan ketersediaan suplai benih yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas.


Pemilihan Lokasi
Untuk menentukan lokasi backyard hatchery udang skala rumah tangga tentu saja berbeda dengan hatchery skala besar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah :
1. Mudah memperoleh air tawar yang bersih, jernih, dan bebas dari limbah
2. Tersedia aliran listrik selama 24 jam
3. Tanah dasar bak cukup stabil
4. Dekat dengan pemasok nauplius, pakan, dan daerah pemasaran.

Sarana
Kelengkapan sarana yang diperlukan untuk kebutuhan backyard hatchery udang galah adalah :
1. Bak pemeliharaan larva dari fiberglass atau semen dengan kapasitas 2-8 ton
2. Bak kultur plankton berkapasitas 5-10 ton
3. Wadah penetasan artemia
4. Blower (sumber aerasi)
5. Peralatan lapangan (pompa, blender, saringan pakan, ember, gayung)

Seleksi Induk
Beberapa persyaratan untuk mendapatkan induk yang baik :
1. Ukuran induk betina dan jantan minimal 50 gram
2. Jumlah telur cukup memadai
3. Organ tubuh lengkap, bebas dari kotoran maupun organisme yang bersifat patogen
4. Umur induk antara 8-16 bulan

Pemijahan
Udang galah memijah sepanjang tahun, biasanya terjadi pada malam hari. Induk betina yang siap memijah dapat dilihat dari gonadnya yang berwarna kemerahan (merah oranye) menyebar ke seluruh bagian gonad sampai ke bagian kepala. Sebelum pemijahan, udang betina terlebih dulu akan berganti kulit. Setelah keadaannya pulih kembali maka akan segera terjadi proses pemijahan.
Pemijahan dapat dilakukan di bak beton atau fiber glass dengan padat tebar 4 ekor/m2. Perbandingan induk jantan dan betina 1:3. Selama proses pemijahan induk diberi pakan cumi-cumi dengan dosis 3% per hari dari berta biomas dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Lama pemijahan 21 hari.

Penetasan Telur
Induk yang sudah matang telur dilakukan seleksi kemudian di treatment dengan larutan PK (Kalium permanganat) 15 ppm dengan cara perendaman selama 25 menit. Bak penetasan yang digunakan berkadar garam 5 ppt, padat penebaran induk 20 ekor/m2 . Selama penetasan telur, induk diberi pakan berupa cacahan cumi-cumi sebanyak 5% dari berat biomas. Telur akan menetas dalam waktu 6-12 jam. Kemudian larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan.

Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva udang galah dapat dilakukan pada bak fiber glass kerucut atau bak beton yang sudagh dibersihkan dari kotoran dan dicuci dengan menggunakan larutan kaporit 10 ppm. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemeliharaan larva tersebut antara lain kualitas air dan pemberian pakan baik pakan alami maupun pakan adonan yang disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Kepadatan larva yang ditebar 50 ekor/liter.
Pakan berupa nauplius artemia diberikan pagi dan sore hari pada hari ke-3. Pada hari yang sama diberikan juga pakan adonan sampai menjadi post larva dengan frekuensi pemberian 8 kali/hari. Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 20-30%, pada hari ke 10 mulai dilakukan penyiphonan kotoran pada dasar bak. Kadar garam media pemeliharaan larva 10 ppt.
Setelah seluruh larva menjadi juvenil, kadar garam diturunkan secara bertahap sampai 0 ppt, grading mulai dilakukan setelah larva berumur 30 hari, lalu pada hari ke 45 juvenil siap untuk dipasarkan.


Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara


Baca Selengkapnya......

Teknik Budidaya Abalone

Abalone dapat memijah sepanjang tahun. Sebelum terjadi pemijahan induk jantan terkebih dahulu melepaskan sperma untuk merangsang induk betina melepaskan telur. Pemijahaan lazimnya terjadi pada pagi hari antara pukul satu hingga tiga dini hari. Kerang bercangkang tunggal ini siap untuk berkembang biak saat berumur sekitar delapan bulan dengan diameter cangkang yang telah mencapai ukuran 35 cm - 40 cm.


Perbedaan betina dan jantannya bisa diketahui melalui warna gonadnya (alat kelamin). Bila berwana hijau berarti betina dan bila menyerupai putih susu bisa dipastikan itu adalah jantan.
Kerang yang siap memijah dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Selama proses perkawinan ini air di bak pemijahan tersebut diturunkan pelan-pelan, hingga sang jantan mengeluarkan spermanya. Sementara induk betina dapat menghasilkan telur seratus ribu hingga satu juta telur setiap kali pemijahan. Setelah itu induk betina dapat memijah kembali selang 37 hari kemudian. Induk betina yang lebih muda dapat memijah dengan frekuensi yang lebih sering ketimbang yang lebih tua. Rasio antara induk jantan dan betina adalah 1: 3.
Setelah proses pemijahan, penetasan telur dapat dilakukan di bak yang terbuat dari fiberglass atau bisa juga tetap menggunakan bak pemijahan yang berkapasitas satu ton. Air di dalam bak tersebut wajib menggunakan air laut dengan kondisi yang mengalir. Air ini terlebih dahulu ditreatment agar terbebas dari hama dan penyakit. Persediaan telur dan larva akan terjamin sepanjang tahun dengan 10 bak pemijahan.
Larva yang telah menetas dari telur yang dihasilkan dikumpulkan antara pukul 6 - 7 pagi. Hal ini dilakukan setelah larva mengeluarkan veliger atau kaki renang. Saat ini larva memiliki sifat fototeksis positif atau senang bergerak mendekati sumber cahaya. Larva Abalone dapat bergerak (mencari makan) dengan cara merayap. Oleh sebab itu sebelumnya harus disiapkan dulu wadah atau bak yang telah dibersihkan terlebih dahulu. Media air laut yang digunakan harus disaring (difilter) terlebih dahulu dengan menggunakan saringan air laut yang berukuran 0,5 mickron.
Pada penebaran larva dalam bak pemeliharaan ini mencapai 150 ribu hingga 300 ribu setiap bak yang berkapasitas satu ton. Permukaan air di bak harus tenang, agar larva tidak mudah stress. Bak diaerasi selama 5 hari berturut-turut dengan kekuatan aerasi yang kecil (lembut). Bak harus ditempatkan di tempat yang cukup menerima
cahaya dan pada malam hari harus dibantu penerangan-nya dengan lampu TL ber-kekuatan 40 watt. Lampu ini diletakkan sekitar 50 cm dari permukaan air bak.
Setelah hari ke sepuluh air, di bak pemeliharaan harus lebih sering di saring dan ukuran areasi di perbesar. Selama 60 hari pemeliharan larva normalnya larva akan tumbuh sepanjang 5-10 cm. Pada saat itu larva sudah memasuki ukuran juve-nil dan telah dapat meng-konsumsi macro algae. Memasuki masa juvenil ini, pemeliharaan memasuki tahap pembesaran (pemeliharan tahap II). Bayi Abalone sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang dan dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan dengan memberikan pakan rumput laut dari jenis Gracilaria Sp.
Pada tahap ini pemeliharaan II ini, kepadatan pemeliharaan abalone sekitar 600-1000 ekor per meter persegi. Pemeliharan menggunakan lembaran plastik (yang bentuknya mirip lembaran seng). Lembaran plastik ini dilubangi dan dihubungkan dengan pipa paralon dan diletakkan di dalam bak pemeliharaan. Juvenil dianggap berkembang dengan baik bila selama umur 80 hari cangkangnya bertambah panjang menjadi 30 mm.
Selain rumput laut makanan buatan sudah bisa diberi asupan pakan buatan. Formulanya 27% protein kasar, 5% lemak dan 40% karbohidrat. Pemeliharan abalone dari ukuran 30 mm sampai berukuran siap panen sekitar 60 mm dapat dilakukan di karamba. Tingkat kepadatannya adalah 60-100 ekor per meter persegi. Setelah 8 bulan kemudian kerang ini pun siap untuk dipanen.
Sumber : Majalah Demersal


Baca Selengkapnya......

Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar

Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur.


Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain :
- Pertumbuhannya cukup cepat
- Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (OMNIVORA) yang condong lebih banyak makan dedaunan
- Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik
- Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami
PERSIAPAN KOLAM
Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makanan alami dalam jumlah yang cukup.
1) Mula-mula kolam dikeringkan sehingga tanah dasarnya benar-benar kering.
Tujuan pengeringan tanah dasar antara lain :
a. Membasmi ikan-ikan liar yang bersifat predator atau kompetitor (penyaing makanan).
b. Mengurangi senyawa-senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa beracun lainnya yang terbentuk selama kolam terendam.
c. Memungkinkan terjadinya pertukaran udara (aerasi) dipelataran kolam, dalam proses ini gas-gas oksigen (02) mengisi celah-celah dan pori-pori tanah.
2) Sambil menunggu tanah dasar kolam kering, pematang kolam diperbaiki dan diperkuat untuk menutup kebocoran-kebocoran yang ada.
3) Setelah dasar kolam benar-benar kering dasar kolam perlu dikapur dengan kapur tohor maupun dolomit dengan dosis 25 kg per 100 meter persegi. Hal ini untuk meningkatkan pH tanah, juga dapat untuk membunuh hama maupun patogen yang masih tahan terhadap proses pengeringan.
4) Kolam pembesaran tidak mutlak harus dipupuk. Ini dikarenakan makanan ikan bawal sebagian besar diperoleh dari makanan tambahan atau buatan. Tapi bila dipupuk dapat menggunakan pupuk kandang 25 - 50 kg/100 m2 dan TSP 3 kg/100 m2. Pupuk kandang yang digunakan harus benar-benar yang sudah matang, agar tidak menjadi racun bagi ikan.
5) Setelah pekerjaan pemupukan selesai, kolam diisi air setinggi 2-3 cm dan dibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedidit demi sedikit
sampai kedalaman awal 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120cm tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7~10 hari setelah pemupukan).
3. PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH.
1) Pemilihan benih.
a. Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik.
b. Adapun ciri-ciri benih yang baik antara lain Sehat, Anggota tubuh lengkap, Aktif bergerak, Ukuran seragam, tidak cacat, Tidak membawa penyakit, jenis unggul.
2) Penebaran benih
Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stress saat berada dalam kolam. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.
4. KUALITAS PAKAN DAN CARA PEMBERIAN
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.
5. PEMUNGUTAN HASIL
Pemungutan hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawal dipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan bawal telah mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor, dengan kepadatan 4 ekor/m2. Biasanya alat yang digunakan berupa waring bemata lebar. Ikan bawal hasil pemanenan sebaiknya penampungannya dilakukan ditempat yang luas (tidak sempit) dan keadaan airnya selalu mengalir.

SUMBER : http://www.deptan.go.id, Maret 2001.

Baca Selengkapnya......

Teknologi Produksi Benih Kepiting Bakau

Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai ekonomis penting di wilayah Indo-Pasifik. Produksi kepiting bakau Indonesia selama ini masih sangat mengandalkan hasil penangkapan di alam dan hanya sebagian kecil dihasilkan dari kegiatan budidaya, seperti yang sudah berkembang di beberapa daerah di antaranya Bone, Sulawesi Selatan.


Berdasarkan peluang usaha tersebut mengakibatkan intensitas penangkapan kepiting di alam terus meningkat baik yang beaikuran konsumsi maupun ukuran kecil sebagai benih dalam kegiatan budidaya, sehingga di beberapa daerah dilaporkan telah terjadi tangkap lebih yang bcrdampak merusak populasinya di alam. Untuk mengimbangi laju penangkapan tersebut perlu adanya upaya ke arah pembenihan terkendali.
Sejak beberapa tahun terakhir ini Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol-Bali telah berhasil memproduksi benih kepiting bakau dari spesies Scylla paramamosain. Disamping itu, telah dilakukan kerjasama penelitian dengan Bribie Island Aquaculture Research Center (BIARC) Australia yang dibiayai oleh ACIAR Project No. FIS/1999/076.
Kepiting bakau dapat digolongkan ke dalam 4 spesies, masing-masing Scylla serrata, S. tranquebarica, S. paramamosain dan S. olivacea yang semuanya dapat ditemukan di perairan Indonesia. Namun di BBRPBL - Gondol induk yang digunakan adalah dari spesies S. paramamosain, sedangkan di Australia adalah spesies S. serrata.
Kategori induk yang digunakan dalam pembenihan adalah jenis kepiting betina dewasa debar kerapas > 12 cm), dalam kondisi sehat yang dicirikan dengan warna cerah, anggota tubuh lengkap serta respon yang cepat apabila kaki renangnya ditarik.

PENGELOLAAN INDUK
Sebelum transportasi dianjurkan untuk melakukan perendaman kepiting dalam air garam yang bersih (kadar garam 25-34 ppt) selama 3-5 menit untuk menghindari dehidrasi selama transportasi. Pada saat transportasi sebaiknya kepiting disimpan dalam kondisi suhu rendah. Induk yang telah ditransportasi direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15-20 menit untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar.
Bak pemeliharaan induk dapat berupa bak beton ataupun fiberglass dengan menggunakan substrat pasir putih setebal 5 cm dan sistem air mengalir. Ketinggian air dalam tangki berkisar 40-50 cm. Padat tebar induk dalam bak berkisar 1 ekor per m2. Pemberian pakan berupa daging kerang laut dan ikan rucah dengan perbandingan 1:1 dengan dosis 15% bobot tubuh pada induk dengan tingkat kematangan gonad (TKG) I dan menurun sampai 5% pada TKG IV atau menjelang pemijahan.
Pemijahan (inkubasi)
Pemijahan induk kepiting bakau biasanya berlangsung 1 - 2 minggu setelah dipelihara dalam bak. Waktu pemijahan selalu berlangsung pada malam hari. Induk yang mengandung telur sebaiknya direndam dalam larutan formalin dosis 50 ppm selama 1 jam untuk menghilangkan parasit dan jamur yang mcnempel pada massa telur. Lama inkubasi antara 8-10 hari pada kondisi suhu 29-30°C. Selama masa inkubasi induk kepiting tidak diberi makan hal ini untuk menjaga kebersihan lingkungan. Waktu penetasan telur selalu berlangsung pada pagi hari.
Bentuk dan ukuran tangki
Bentuk tangki yang ideal adalah bulat kerucut dengan kemiringan dasar tangki ± 10°. Ukuran yang disarankan dengan volume 1.000-5.000 liter.

PEMELIHARAAN LARVA

Pengelolaan air laut
Air laut sebelum digunakan terlebih dahulu harus disterilisasi dengan klorin 10 ppm selama 24 jam, selanjutnya ditambahkan Na-thiosulfal dengan dosis 5 ppm untuk menetralkan klorin yang masih tersisa di dalam air laut.
Penanganan larva
Sebelum dilakukan penebaran larva, sebaiknya suhu air disesuaikan dengan yang ada pada bak penetasan. Goncangan suhu diusahakan hanya bcrkisar 1 °C. Padat tebar larva berkisar 50-100 ekor/ L. Tingkatan stadia kepiting bakau terdiri dari: zoea-1 sampai dengan zoea-5 : 12-14 hari; megalopa: 7-10 hari dan selanjutnya menjadi krablet (kepiting muda).
Pemeliharaan megalopa – krablet
Setelah mencapai stadia megalopa dilakukan panen dan pemindahan ke dalam bak pendederan. Hal ini untuk mengurangi kanibalisme, karena megalopa sudah dapat berenang cepat dan sudah dilengkapi sepasang capit untuk menangkap mangsanya. Pendederan biasanya berlangsung selama 2 minggu hingga mencapai stadia krablet-2 sampai krablet-4. Pendederan dengan kepadatan 250 -1.000 ekor/rm dan menggunakan shelter berupa karang dan waring, dapat menghasilkan sintasan sebesar 70-80% krablet-2 sampai krablet-4 yang selanjutnya sudah siap ditebar di tambak.

BALAI BESAR RISET PERIKANAN BUDIDAYA LAUT
Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kec. Gerokgak
Kab. Buleleng - Singaraja 81155
PO.Box. 140 Singaraja-81101
Telp.: 0362-92278; Fax.: 0362-92272
E-mail: gondol_dkp@singaraja.wasantara.net. id

Baca Selengkapnya......

Pengenalan Ikan Hias Diskus, Severum, Rainbow, Niasa

Jumlah ikan hias khususnya ikan hias air tawar yang susah dapat dibudidayakan di Indonesia ada 91 jenis. Dari ke 91 jenis ikan tersebut, ada beberapa jenis ikan hias tersebut yang sangat potensial untuk dikembangakan karena selain dapat dipasarkan didalam negeri juga dapat merupakan komoditas eksport. Jenis-jenis ikan hias yang potensial tersebut antara lain ikan Diskus, Severum, Rainbow, dan Niasa. Untuk lebih mengenal jenis ikan tersebut pada Bab selanjutnya akan dikemukanan sifat dari ikan-ikan tersebut.


JENIS IKAN HIAS
1) Diskus
Ikan hias Diskus (Symhysodonodiscus) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang berasal dari sungai Amazon (Brasil). Jenis ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis yang baik dan sangat disenangi di berbagai negara. Di Indonesia ikan Diskus sudah dapat dibudidayakan dan sangat potensil untuk dikembangkan karena selain dapat dipasarkan dipasaran lokal, juga dapat merupakan komoditas ekspor.
Ciri khas dari ikan diskus ialah benetuk badannya tubuh pipih, bundar mirip ikan bawal dengan warna dasar coklat kemerah-merahan. Ikan diskus dapat dibudidayakan didalam Aquarium untuk sepasang diskus dapat ditempatkan dalam aquarium berukuran sekitar 75 x 35 x 35 cm kwalitas yang diperlukan untuk hidup dan berkembang ikan diskus yaitu di air yang jernih, temperatur sekitar 28 - 300 C pH (derajat keasaman) 5 - 6 selain itu kandungan Oksigen terlarutnya harus cukup tinggi yaitu + lebih besar dari 3 ppm (part per million).
Ikan Diskus sudah dapat dikembangbiakan setelah berumur antara 15 - 20 bulan. Adapun makanan yang umum dengan makan yaitu kutu air, cuk, cacing (makanan buatan) yang ada dipasaran.
2) Severum
Ikan severum Cichlosoma severum adalah salah satu jenis ikan hias air tawar yang berasal dari Amerika Serikat bagian Utara (S. Arhazone). Tubuhnya pendek, gemuk dan gepeng dengan warna dasar tubuh bervariasi yaitu coklat kekuningan, atau hitam kecoklatan. Jenis ikan ini juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Ikan Severum dapat dipelihara didalam aquarium atau bak semen kwalitas air yang diperlukan untuk pemeliharaan ikan severum yaitu: PH. : 5,5-7, temperatur air 21-25 derajat celcius. Ikan Severum sudah dapat dipijahkan setelah berumur + tahun dengan ukuran 12-15 cm.
Induk jantan dari betina dapat dibedakan dari warna dan ukuran induk jantan berwarna lebih cerah dengan induk yang lebih besar dari betina. Makanan yang dapat diberikan jenis ikan ini antara lain: kutu air, cuk, cacing sutera dll.
3) Ikan Rainbow
Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias yang banyak diminati masyarakat karena jenis ikan ini juga dapat merupakan komoditi eksport. Ada 2 jenis rainbow yang cukup terkenal yaitu rainbow Irian (Melano Tacnia maccaulochi dan Rainbow Anlanesi ogilby Telmatherina ladigesi ahl
Rainbow Irian warna dasarnya keperak-perakan dengan warna gelap metalik sedangkan rainbow Sulawesi warna dasarnya kuning zaitun, dengan warna bagian bawah kuning jenis ikan ini termasuk ikan bertelur dengan menempelkan telur pada tanaman air. Kwalitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur air 23-26derajat celcius. Ph air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapat hidup dan
berkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat memijah setelah berumur + 7 bulan dalam ukuran 5-7 cm.
Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air, cacing zambut atau cuk. Supaya ikan dapat tumbuh dengan baik selama pemeliharaan bertelur, air harus klop memenuhi persyaratan dan dilakukan penggantian air 1 minggu 1 kali.
4) Ikan Niasa
Psedatropheus auratus Bonlenger atau nama Inggris Auratus. Di DKI jakarta lebih dikenal dengan nama Niasa jenis ikan ini mempunyai tubuh memanjang agak datar, warna dasar kuning keemasan cerah atau hitam pekat. Ikan Niasa sangat agresif gerakannya sehingga harus hati-hati kalau akan dicampur dengan jenis ikan lain.
Kwalitas air yang diperlukan untuk hidup dan berkembang ikan Niasa yaitu pH = 7, temperatur 24-27derajat celcius. Pemeliharaan dapat dilakukan didalam bak semen atau aquarium. Ketinggian air yang diperlukan untuk pemijahan sekitar 30-35 cm.
Ikan Niasa sudah dapat memijahkan dalam umur 7 bulan dengan ukuran panjang tubuh 7cm. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dari totol kuning sirip anusnya. Ikan jantan biasanya memiliki totol-totol in, sementara si betina tidak. Makanan yang diberikan antara lain : Cuk, kutu air.

SUMBER : Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

Baca Selengkapnya......

Teknik Memeriksa Benur Yang Berkualitas Baik

Salah satu faktor keberhasilan usaha budidaya udang adalah penebaran benur yang berkualitas baik. Kondisi benur yang berkualitas baik, berarti benur tersebut dalam keadaan sehat atau bebas dari penyakit, nafsu makan yang tinggi serta tidak cacat dan ini merupakan faktor pendukung untuk mencapai pertumbuhan optimal maupun tingkat kehidupan yang tinggi.


Dewasa ini teknik menginduksi benur secara massal bukan merupakan sesuatu yang sukar. Sudah banyak teknisi dapat memenuhi target produksi yang secara komersial menguntungkan. Keberhasilan ini pada umumnya hanya sebatas di tempat perbenihan (Hatchery), karena hampir semua parameter kualitas air, pakan dan penyakit dapat dikendalikan, lain halnya dengan pembesaran udang di tambak, khususnya pada usaha budidaya udang teknologi sederhana dan semi intensif yang sebagian besar tergantung pada keadaan alam, sedangkan usaha untuk mengendalikan parameter kualitas air, pakan dan penyakit adalah sangat terbatas. Maka tingkat keberhasilan budidaya udang juga sangat rendah.
Mengingat besamya pengaruh kualitas benur terhadap keberhasilan budidaya udang, maka petani tambak sebaiknya memahami terlebih dahulu bagaimana cara memeriksa atau faktor apa saja yang akan diperiksa dalam mendapatkan benur. Bila perlu sampai ke sumber pertama benih itu diperoleh seperti di tempat pembenihan (Hatchery).
Secara visual atau penglihatan mata biasa dapat dibedakan antara benur yang baik dan yang tidak baik, yaitu antara Iain ;
1. Semua organ tubuh benur yaitu ekor, mata, kaki, antara kulit dalam keadaan lengkap dan tidak cacat;
2. Gerakan benur lincah dan suka melawan arus;
3. Bentuk tubuh ramping memanjang;
4. Warna tubuh jernih / putih kecoklatan;
5. Benur sensitif atau peka terhadap gangguan fisik pada lingkungannya, seperti benur akan segera bergerak cepat atau bila dikejutkan;
6. Keadaan tubuh benur bersih dari kotoran dan Iumut;
7. Benur aktif mencari makan dan nafsu makan tinggi;
8. Tidak ada perubahan warna yang mencolok pada benur pada kondisi terang maupun gelap;
9. Kuaiitas air berbagai media hidup benur harus benar-benar baik dan bebas penyakit;
10. Fototatis positif yaitu suka pada cahaya;
11. Ukuran benur relatif seragam.
Dalam upaya mendapatkan benur siap tebar yang berkualitas baik, khususnya yang bersumber dan tempat pembenihan (Hatchery), berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang harus mendapat perhatian untuk diperiksa :
1. Pembersihan Air
Melihat tingkat kejenuhan air di dalam bak pemeliharaan benur bila terdapat endapan sisa pakan atau air yang berbuih serla bau membusuh, hal ini menunjukkan rendahnya kualitas air. Karena air mengandung bahan organik yang memproduksi gas-gas beracun seperti sulpida, meta dan sebagainya. Akibatnya benur menjadi stres dan peka terhadap penyakit.
2. Kecerahan Air (Turbidity)
Memeriksa kecerahan air di dalam bak pemeliaraan benur, yaitu pewamaan air yang disebabkan oleh populasi plankton di dalam air. Air yang baik adalah tidak terlalu cerah melainkan berwarna kehijauan atau kecoklatan. Keadaan ini menunjukkan banyak populasi plankton di dalam air. Sehingga akan menyediakan pakan alami, menghilangkan berbagai jenis senyawa beracun di dalam air seperti NH3, H2S, CH4 dan sebagainya. Serta dapat mengurangi stres pada benur.
3. Warna Benur
Warna benur sangat tergantung pada warna bak dan warna air jika benur terlihat berwarna merah atau merah jambu atau putih kekapuran, keadaan ini menunjukkan kemungkinan besar benur tidak sehat atau sudah lerinfeksi penyakit. Sebaiknya warna benur putih jernih kecoklatan alau kehitaman.
4. Kelengkapan dengan Tubuh
Melihat apakah ada organ tubuh dari benur yang rusak atau hilang, memang sukar melihat satu persatu apakali benur mengalami kerusakan dengan tubuhnya seperti kaki, mata, ekor dan antena, tetapi contoh secara acak harus diamati jika ada benur yang mengalami kerusakan pada mata atau hilang atau kerusahkan pada ekor, kaki, dan sebagainya, itu berati banyak benur mengalami kerusakan selama proses pemindahan dari satu bak ke bak lainnya, atau karena saling memangsa sesamanya akibatnya benur peka terhadap infeksi penyakit dan juga pertumbuhannya menjadi lambat.
5. Posisi Benur Di dalam Bak
Lihat kedalam bak, jika kebanyakan benur menempel atau bergantung di dinding bak atau suka berenang melawan arus, maka menunjukkan benur dalam keadaan sehat. Baik benur terlihat mengatur atau tenang dengan lemah maka kondisi benur tidak sehat.
Cara ini dapat dilakukan yaitu mengambil air dengan gayung tepat berada di atas batu aerasi. Biasanya benur yang lemah atau terapung-apung di dasar bak dan akan terbawa oleh arus air, sehingga jika air yang diambiI tepat di atas batu aerasi mengandung banyak benur, hal ini menunjukkan bahwa di dalam bak banyak benur yang lemah.
6. Mengamati Benur dalam Kondisi Gelap
Ini suatu cara yang mudah dilakukan untuk mengetahui apakah benur yang sudah atau benur yang terinfeksi oleh bakteri Vibrine sp yaitu, suatu jenis bakteri yang dominan menyerang udang sekarang ini.
Dalam kondisi gelap atau tepatnya pada malam hari dengan tidak menggunakan lampu, dapat dilihat titik cahaya yang menempel pada tubuh benur sehingga tubuh benur menjadi bercahaya. Titik-titik cahaya itu adalah baklen Vibrine sp yang menempel pada lapisan luar tubuh benur maupun yang masuk kedalam jaringan tubuh benur. Jika sudah terlihat tanda-tanda seperti ini berarti sudah positif benur terinfeksi bakteri yang berbahaya bagi kehidupan benur. Hindari penggunaan benur yang berasal dan suatu tempat pembenihan yang salah satu bak pemeliharaan benurnya terkena infeksi bakteri Vibrine sp. bakteri Vibrine sp dapat menyerang benur pada tempat yang luas dan dalam waktu yang singkat serta berakibat mematikan bagi benur.

Sumber : Buletin Mina Diklat BPPP Belawan Medan

Baca Selengkapnya......

Penanganan Aquarium Ikan Hias

Mengamati kegiatan usaha Perikanan khususnya ikan hias tentunya tak dapat dipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya dengan usaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikan hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yang memadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanya bisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinyu.


PERLENGKAPAN AQUARIUM
1) Aquarium dalam keadaan bersih dan tidak bocor
2) Tanaman hdiup secukupnya
3) Bahan-bahan dekorasi: pasir bersih (tidak mengandung lumpur), koraltex, akar kayu dan batu karang
4) Pompa udara (aerator) sebagai alat penambah oksigen dalam air
5) Lampu neon ultra violet pada malam hari dapat menimbulkan rasa alami yang mempesona
6) Filter yang dihubungkan dengan aerator berfungsi sebagai penyaring kotoran dalam air
7) Peralatan lainnya: slang plastik, serokan dan pembersihkaca.

TEKNIS DEKORASI AQUARIUM
1) Pasir dimasukkan kedalam aquarium lalu diatur/dipadat sambil diberi percikan air secukupnya.
2) Kemudian tanaman air ditanam dengan cara dibenamkan kedalam pasir (tanaman yang lebih tinggi diletakkan dibagian belakang)
3) Setelah diperkirakan siap untuk didekor, maka sebelum diisi air permukaan tanaman dan pasir ditutup dengan kertas koran atau plastik. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tekanan air tidak merusak tanaman dan tidak menimbulkan kekeruhan.
4) Air dalam aqurium ditunggu sampai kotorannya mengendap, lalu ikan dimasukkan (diusahakan jenis ikan yang tidak saling memangsa)
5) Tahap selanjutnya aerator dipasang sesuai ukuran aquarium, tapi bila tersedia banyak tanaman hidup, aerator cukup dipasang pada malam hari saja
6) Aquarium diletakkan ditempat yang datang agar tekanan air merata dan diusahakan jangan terlalu banyak terkena sinar matahari karena akan mempercepat tumbuhnya lumut.

MAKANAN IKAN
1) Makanan ikan hias air tawar terdiri dari 2 macam yaitu: makanan alami seperti kutu air (Moina) cacing rambut (Tubifex, Chironomus) dan larvaa nyamuk.
2) Makanana alami harus dibersihkan/dibilas terlebih dahulu dengan air bersih sebelum di berikan pada ikan dan satu hari cukup 1 (satu) kali saja
3) Makanan buatan: wafer, tahu, darah ayam/kerbau/marus
4) Makanan buatan sebaiknya diberikan pada saat tidak ada makanan alami
5) Pemberian makanan diusahakan jangan sampai tersisa karena dapat menimbulkan pembusukan/keracunan

PENUTUP
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari keindahan aquarium ikan hias antara lain:
1) dapat mendidik rasa cinta alami
2) merupakan hiburan yang dapat mengendorkan urat syaraf serta menimbulkan rasa tentram di rumah
3) menambah keindahan ruangan dan tidak memerlukan tempat yang luas
4) merupakan usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga
5) menjaga kelestarian sumber daya perikanan

SUMBER : Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

Baca Selengkapnya......

Kamis, 13 Agustus 2009

PATIN ASAP

Ikan patin yang banyak dibudidayakan saat ini dikenal dengan nama latin Pangasius sutchi. Ikan ini merupakan salah satu hasil perikanan perairan umum yang besar potensinya untuk dikembangkan.


Secara tradisional ikan patin telah diolah menjadi produk asap. Data dari Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Selatan tahun 1998 menyebutkan bahwa dari total produksi 3.054.3 ton ikan patin, telah dihasilkan sebanyak 506.9 ton ikan asap. Dengan perkiraan rendemen sebesar 40%, maka dari jumlah total produksi ikan patin, sebagian besar (45.9%) terserap untuk produksi ikan asap.

PENANGANAN DAN CARA MEMATIKAN IKAN
Pada pengolahan semua produk perikanan termasuk pembuatan bakso dan sosis, bahan mentah harus betul-betul segar agar diperoleh produk akhir yang bermutu tinggi. Untuk merperoleh bahan baku yang bermutu tinggi , penanganan ikan basah harus dimulai segara setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya dengan perlakuan suhu rendah. Ikan yang masih hidup dimatikan dengan merendamnya dalam air es/dingin selama 10 menit.
Ikan harus disiangi sesegara mungkin setelah ikan mati karena apabila sekali darahnya mulai beku, maka daging akan mengalami diskolorasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi.

PENYIANGAN DAN PREPARASI
pada pembuatan ikan patin asap, selain mutu kesegarannya hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah keseragaman ukuran. Hal ini dimaksudkan agar pada proses pengasapan berlangsung pada waktu dan pola yang sama. Penyiangan ikan patin yang akan digunakan sebagai bahan baku ikan asap dilakukan dengan cara membuang isi perutnya saja tanpa membuang kepalanya. Untuk ukuran ikan yang kecil tidak dilakukan pembelahan, tetapi bila ukurannya cukup besar maka dilakukan pembelahaan. Pembelahan ini dapat dilakukan melalui bagian ekor ke arah punggung, sesuai bentuk yang diinginkan. Setelah penyiangan segera dilakukan pencucian, untuk menghilangkan kotoran dan darah.Ikan patin yang bersih yang sudah dibelah ini merupakan bahan baku yang siap di asap.
PROSES PEMBUATAN IKAN ASAP
Pada pengolahan ikan asap, selain ikan sebagai bahan baku, hanya diperlukan larutan garam 2.5%, sabut serta tempurung kelapa. Sedangkan peralatan yang dipergunakan antara lain pisau, pan atau baskom, tali, lidi, rak serta rumah pengasap.
Tahapan proses pengasapan ikan patin
1. Perendaman dengan larutan garam 2,5%.
Ikan bersih yang telah dibelah ditiriskan terlebih dahulu selanjutnya ikan dimasukan ke dalam larutan garam sambil sesekali diaduk dan dibiarkan terendam dalam larutan tersebut selama 30 menit. Proses perendaman ini bertujuan untuk mencuci noda-noda darah yang mengotori permukaan daging ikan. Setelah perendaman ini ikan diangkat dan dicuci kembali.
2. Penyusunan ikan pada rak pengasap
Sebelum dimasukan ke dalam rumah pengasap, ikan patin diikat pada bagian ekornya dengan menggunakan tali. Untuk mencegah terlipatnya belahan ikan selama pengasapan, pada bagian rongga perut diletakkan lidi secara melintang.
3. Pengasapan
Setelah almari asap disiapkan dengan membakar sabut dan tempurung kelapa dan dihasilkan asap yang tebal, ikan yang tergantung pada rak pengasap dimasukan kedalam almari pengasap. Lama proses pengasapan tergantung ukuran ikan. Untuk ikan patin dengan ukuran 4-5 ekor/kg dibutuhkan waktu 10 jam proses pengasapan. Proses pengasapan ini, dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai
• Tahap pertama, ikan patin diasap dengan suhu yang diatur antara 35-55o C dengan intensitas asap cukup tebal. Tahap ini berlangsung selama 2 jam.
• Tahap kedua, suhu dinaikan antara 55-75oC dengan intensitas asap tebal. Pada tahap ini pengasapan berlangsung selama 8 jam dan setiap 2 jam dilakukan penggeseran letak rak. Rak paling atas turun keposisi paling bawah, rak nomer dua naik keposisi paling atas dan seterusnya.
• Tahap ketiga, nyala api diperbesar sehingga suhu naik dan diatur sekitar 75-90oC, dengan intensitas asap tipis. Tahap ini berlangsung selama 2 jam. Setelah tahap ini berakhir maka bara api yang ada dalam tungku dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin.
Pada akhir proses pengasapan ini ikan patin asap terlihat berwarna coklat keemasan, berbau asap tajam dan cukup kering dengan tekstur yang padat.Ikan asap dengan spesipikasi di atas siap untuk disajikan.
4. Penyajian
Pada umumnya, ikan asap disajikan dalam bentuk masakan seperti mangut, oseng dsb. Meskipun demikian asap juga dapat dinikmati langsung dengan dilengkapi sambal.

Sumber : Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan

Baca Selengkapnya......

Wadah Pengangkut Ikan yang Praktis

Pelaku bisnis perikanan seringkali mengalami masalah dalam transportasi hasil laut segar (fresh chilecd). Masalah utamanya adalah besarnya biaya dan ketidaknyamanan wadah konvensioanl dan es, seperti melelehnya es dibelakang truk pengangkut serta biaya transportasi wadah-wadah kosong yang kaku sewaktu kembali ke tempat asal.


Di Australia, dilaksanakan sebuah riset bersama oleh pemerintah, gabungan industri perikanan, perusahaan seafood serta Slid Chemie Performance Packaging perusahaan pengemasan yang menspesialisasikan pada sistem pengemasan dengan pengontrolan kelembaban.
Tujuan riset adalah menghasilkan wadah yang cukup kuat, protektif, efisien dan mampu mempertahankan mutu isi barang/produk seafood didalamnya. Wadah tersebut diharapkan juga tahan lama dan dapat digunakan beberapakali.
Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya dihasilkan sebuah box/kotak pengangkut dari karton yang kuat ulet (resilient), dilengkapi dengan pengatur suhu dan harganya relatif murah. Ketika tidak digunakan box/kotak tersebut disimpan dalam bentuk lembaran dan dapat disusun kembali dalam waktu singkat tanpa menggunakan selotep atau stapler. Box tersebut dilengkapi dengan sebuah plastik yang biodegradable dan box langsung siap untuk digunakan.
Box tersebut mampu mengangkut 30-40 kg seafood dan box tersebut dapat disusun secara rapi dan efisien dalam pemakaian ruang. Ukuran box tersebut juga cocok untuk kontainer pesawat udara. Gel pack digunakan sebagai pengatur temperatur menggantikan es sehingga lebih hemat tempat.


Sumber : Warta Pasar Ikan

Baca Selengkapnya......

IKAN PINDANG

Ikan pindang adalah ikan awetan dengan kadar garam rendah. Pengolahannya secara tradisional merupakan gabungan dari penggaraman dan perebusan sehingga memberikan rasa yang khas. Jenis ikan yang biasa dibuat pindang, antara lian : ikan bandeng, tongkol, cangkal, lemuru , kumbuy, dan selar.


BAHAN
a. Ikan layang atau bandeng 10 kg
b. Garam 2 kg

ALAT
a. Periuk
b. Jerami atau daun pisang kering yang bersih
c. Pemberat
d. Kantong plastik atau daun jati.

CARA PEMBUATAN
a. Siangi ikan dan cuci;
b. Lapisi dasar periuk dengan merang atau daun kering lalu taburi garam
secukupnya;
c. Susun ikan ke dalam periuk yang diselang-seling dengan garam. Lapisan teratas
ditutup dengan garam sampai kira-kira 2 ½ cm di bawah bibir periuk;
d. Isi air sampai ikan terendam, tutup, dan beri pemberat;
e. Rebus selama 1-2 jam (apabila daging dekat ekor dan kelapa sudah retak-retak
berarti sudah masak)
f. Keluarkan air sisa perebusan sampai habis, taburkan sisa garam pada lapisan teratas;
g. Panaskan di atas api kecil sampai airnya benar-benar habis (30 menit);
h. Dinginkan kemudian tutup dengan lembaran plastik atau daun jati dan ikat leher
periuk.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN IKAN PINDANG BAWEAN


Tabel Komposisi Pindang

KOMPONEN KADAR (%)
Kalori 176,00 kal
Protein 27,00
Lemak 3,00
Mineral 0,26
Vitamin B 0,07 mg
Air 60,00

Catatan:
a. Tidak semua jenis ikan dapat diolah menjadi ikan pindang.
b. Nilai gizi terutama protein, lemak, dan mineralnya lebih baik daripada ikan
awetan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Pindang Ikan dan Pengolahan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembangunan Desa, Departemen Dalam Negeri, s.a.
Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI
bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.


Baca Selengkapnya......

EBI

Ebi merupakan salah satu bentuk awetan udang yang diolah dengan cara perembesan dan penjemuran. Ebi digunakan untuk penyedap rasa dalam masakan sayuran, misalnya sambel goreng, asinan, dan sebagainya, serta dapat disimpan sampai berbulan-bulan.


BAHAN
Udang secukupnya
ALAT
a. Panci
b. Kompor (tungku)
c. Saringan
d. Tampah (nyiru)
e. Karung
f. Kantong plastik
CARA PEMBUATAN
a. Bersihkan udang segar dan rebus dalam panci selama 30 menit;
b. Angkat dan tiriskan, selanjutnya jemur sampai kering;
c. Pisahkan kulit dari dagingnya dengan cara memasukkan udang kering ke dalam karung
lalu tumbuk pelan-pelan;
d. Tampi dan pisahkan antara kulit dan daging kemudian tempatkan ke dalam plastik.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN EBI

DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Desa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan dan Perluasan Kerja, 1983. Seri Pengolahan Pangan.Hal. 12-13.

Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Baca Selengkapnya......

ABON IKAN

Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu, deiolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama.


BAHAN
1. Ikan tongkol (cakalang, tenggiri, bawal, cucut) 10 kg
2. Bawang merah 1 ½ ons (20 butir)
3. Bawang putih 1 ons (12 siung)
4. Ketumbar 10 gram (3 sdk makan)
5. Irisan lengkuas 3 iris (tebal 5 mm)
6. Daun salam 10 lembar
7. Sereh 3 tangkai
8. Gula pasir 700 gram
9. Asam jawa 6 mata
10. Santan kental 10 gelas (10 butir kelapa)

ALAT
a. Pisau
b. Alat perajang (talenan)
c. Ember plastik
d. Keranjang plastik
e. Panci
f. Baskom
g. Alat penghancur bumbu (cobek)
h. Penggorengan (wajan)
i. Parutan
j. Garpu
k. Kantong plastik
l. Kain blacu
m. Alat tekan (pres)

CARA PEMBUATAN
a. Pilih ikan segar, buang kepala, ekor, kulit, dan isi perutnya, kemudian cuci;
b. Potong ikan kira-kira tebal 1 cm, panjang 10 cm, dan lebar 6 cm, kemudian cuci
c. Rebus atau kukus sampai matang lalu dinginkan. Supaya ikan menjadi kering masukkan ke dalam kain blacu dan tekan dengan alat tekan (pers);
d. Pisahkan dari tulang dan durinya lalu cabik-cabik dengan garpu, kemudian tumbuk pelan-pelan sehingga merupakan serat halus;
e. Haluskan bumbu lalu tumis dalam penggorengan, kemudian masukkan santan kental. Tambahkan lengkuas, asam, gula, daun salam, dan sereh;
f. Panaskan terus hingga mendidih sambil diaduk-aduk, sampai santan tinggal setengah;
g. Masukkan serat-serat daging ikan sedikit demi sedikit ke dalam santan sambil diaduk terus sampai kering. Penggorengan selesai apabila abon sudah benar-benar kering, diraba sudah kemersik, dan berwarna coklat. (Apabila masih banyak minyak, tekan dengan alat tekan dan tampung minyaknya);
h. Tiriskan dan dinginkan, kemudian masukkan ke dalam kantong plastik.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN ABON IKAN

Catatan: Dapat ditambahkan bawang merah goreng pada abon yang telah siap.

DAFTAR PUSTAKA
a. Abon tongkol. Jakarta : Balai Penelitian Teknologi Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, s.a. (pamplet)
b. Abon udang Dalam : Seri Teknologi Pangan VI. Jakarta : Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984. Hal. 25 - 36.
c. Pembuatan abon. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Hal. 1-4.
d. Saraswati. Sambelingkung (Abon ikan). Jakarta : Bhratara, 1985. Hal. 1-5.

Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Baca Selengkapnya......

DENDENG IKAN

Dendeng ikan adalah jenis makanan awetan yang dibuat dengan cara pengeringan dengan menambah garam, gula, dan bahan lain untuk memperoleh rasa yang diinginkan.


BAHAN
a. Ikan tamban sisik (lemuru, cucut) 20 kg
b. Gula merah 2 kg
c. Ketumbar 2 ons
d. Garam 1 kg
e. Bawang merah ½ ons
f. Bawang putih 2 ons
g. Asam jawa 7 mata
h. Lengkuas (laos) secukupnya

ALAT
a. Pisau
b. Alas perajang (talenan)
c. Keranjang peniris (ayakan bambu)
d. Penghancur bumbu (cobek)
e. Ember
f. Baskom
g. Panci
h. Saringan halus
i. Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN
a. Bersihkan ikan, buang kepala dan isi perutnya;
b. Belah dan buang tulangnya lalu cuci. Untuk ikan yang lebih besar dan tebal iris dengan ukuran panjang 7 cm, tebal ½ cm, dan lebar 5 cm;
c. Masukkan garam ke dalam 3 liter air kemudian rendam ikan selama 5 jam;
d. Masak 8 liter air sampai mendidih, masukkan semua bumbu yang telah dihaluskan kemudian aduk-aduk sampai rata;
e. Saring supaya ampas ketumbar terpisah, kemudian dinginkan;
f. Masukkan ikan yang sudah digarami tadi ke dalam larutan bumbu. Rendam selama 10 jam;
g. Tiriskan, kemudian jemur di atas nyiru atau tampah;
h. Balik-balik ikan tiap 4 jam sekali supaya pengeringan rata;
i. Sebelum dihidangkan, goreng dendeng terlebih dahulu (½ menit) dalam minyak panas.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN DENDENG IKAN

DAFTAR PUSTAKA
a. Berbagai cara pengolahan dan pengawetan ikan. Yogyakarta : Proyek Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat Departement Pertanian, 1987. Hal. 35
b. Pengolahan ikan. Subang : Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, 1990. Hal. 26-34.
c. Teknologi desa. Jakarta : Direktorat Pengembangan dan Perluasan Kerja,1983. Seri PengolahanPangan. Hal. 14-16.

Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.,

Baca Selengkapnya......